Di sudut pintu ruangan dokter itu terlihat seorang gadis yang membungkukkan kepalanya sambil menangis, sosok mungil itu membuatku ingin menghampirinya dan sekedar memberikan sapu tangan yang aku genggam saat ini. Perlahan aku melangkahkan kaki menghampiri gadis itu.
“hei” sapaku sambil memberikan sapu tangan putih yang aku genggam.
Gadis itu menoleh dan meraih sapu tanganku seraya tersenyum. Namun, dari kejauhan terdengar suara derap kaki seseorang yang perlahan mendekatiku.
“ata, ayo pulang” ucap perempuan yang berdiri di sampingku sambil menggandeng tanganku. Dia adalah Mamaku. Aku pun pergi tanpa berpamitan pada gadis itu, sebenarnya aku lupa.
Di mobil, Mamaku bertanya macam-macam tentang pacarku Diny yang saat ini kuliah di salah satu universitas swasta di Jogja.
“ta, kamu gimana sama Diny?” Tanya Mama dengan serius.
“gak gimana-gimanalah ma” jelasku singkat.
“kalian gak putus kan?” Tanya Mama dengan menyipitkan mata sambil melihatku dengan tatapan sinis.
“nggak ma” jawabku ketus.
“inget loh ya ta, jangan nyakitin hati perempuan” balas Mama lagi.
“haha iya ma” jawabku sambil tertawa namun Mama langsung menyerbuku dengan cubitan, aku hanya tertawa melihat Mama bertingkah seperti itu.
Sesampainya di rumah aku hanya mengambil kamera kemudian pergi jalan-jalan ke taman untuk mencari udara segar. Setelah lelah berkeliling taman, aku memutuskan untuk duduk di kursi yang berada di bawah pohon apel yang tepat di depannya terdapat kolam ikan yang cukup besar. Setiap kali aku melihat orang berlalu lalang pasti aku mengangkat kamera untuk memotretnya. Namun, mataku enggan berpaling saat lensa kameraku mendapati seorang gadis yang memegang balon warna-warni dan kemudian dia berikan pada anak kecil yang bermain di taman. Aku diam sejenak dan berpikir.
“aku pernah melihatnya, tapi di mana?” tanyaku dalam hati. Maklum meskipun aku mahasiswa kedokteran di salah satu universitas termegah di kota Malang ini tapi tetap saja aku banyak lupa dalam hal mengingat seseorang. Lama aku berpikir tiba-tiba handphone-ku berbunyi tanda sms masuk. Saat aku melihat nama yang tertera di layar aku kaget. Diny.
“ta kamu di mana? aku sekarang di Malang lo. Aku ke rumah kamu ya sekarang”
“aku lagi gak di rumah din, mau apa?” jawabku.
“kamu di mana? Aku ke kamu deh. Aku mau ngomong sama kamu” balas Diny kembali.
“di taman dekat rumah”
“aku ke sana ya. Tunggu jangan pulang ta”
Sebenarnya hatiku risau saat Diny bilang ingin bertemu. Aku gak tahu yang pasti aku masih merasa sakit atas perlakuan Diny yang selama 7 bulan terakhir mengacuhkanku seolah tak ada hubungan lagi di antara kita. Puluhan menit pun berlalu. Tiba-tiba lamunanku buyar saat seorang gadis duduk di sampingku, dia Diny. Jantungku berdegup kencang saat itu, tak bisa dipungkiri bahwa hatiku masih untuk dia.
“hei ata, gimana kabarnya?” Tanya Diny sambil tersenyum.
“baik. Kamu?”
“baik juga, kamu ngapain di sini?”
“nggak ada, cuman pengen nyari udara segar aja”
“emm, ta?”
“apa?”
Keadaan sunyi sejenak tanpa ada suara di antara kita, namun tiba-tiba Diny berdeham kecil.
“ta? kamu marah sama aku ya?”
Aku hanya diam tak menjawab pertanyaan Diny.
“maaf ya ta, mungkin selama ini aku udah keterlaluan sama kamu. Gak peduliin kamu, tapi sebenernya aku sayang sama kamu ta”
Aku diam sejenak sambil memainkan kamera di tanganku, lalu menjawab perlahan.
“aku gak apa-apa kok. Emm.. kita udahan aja ya din, aku lepas kamu buat orang lain”
“ta kamu bercanda kan?” panggilnya.
“din, maaf ya” ucapku sambil menggenggam tangannya.
“percuma ya jauh-jauh aku ke Malang kalau endingnya kayak gini”
Sebelum aku menjawab ucapan Diny tiba-tiba handphoneku berbunyi tanda sms masuk.
“diberitahukan kepada panitia penerimaan mahasiswa baru UNIVERSITAS SATYA untuk menghadiri rapat umum pada pukul 3 sore bertempat di ruang auditorium fakultas ekonomi. Terima kasih”
“din maaf ya, aku harus pergi sekarang. Aku ada rapat di kampus. Gak apa-apa kan?” tanyaku sambil meraih kamera yang tergeletak di kursi.
Diny hanya mengangguk. Aku melangkah dengan perasaan yang tidak karuan. Gelisah, menyesal dan rindu campur jadi satu. Namun dalam lamunanku aku tersentak setelah aku sadar telah menubruk gadis di depanku yang saat ini sedang merapikan kertas yang berceceran di tanah.
“maaf ya, aku gak sengaja” ucapku sambil membantunya memungut kertas yang berserakan.
“eh, iya aku juga minta maaf. Tadi aku jalan sambil baca jadi gak tahu kalau di depanku ada orang. Maaf ya” ucapnya sambil berdiri dan menyunggingkan senyum lalu pergi begitu saja.
Namun wajah gadis itu tidak asing bagi Atala, akan tetapi Atala bukanlah orang yang senang memikirkan apa yang tidak penting baginya jadi dia melangkah denagn cepat agar sampai di rumah dengan segera dan berangkat ke kampus untuk melaksanakan rapat. Setelah sampai di rumah tiba tiba saja Mamanya mengomel tidak jelas pada Atala, namun karena Atala sedang tidak ingin debat dengan Mamanya jadi dia hanya mencium Mamanya lalu pergi ke kampus dengan cepat. Setelah rapat selesai, ata tidak langsung pulang ke rumah melainkan jalan-jalan bersama Feby sahabatnya sejak SMA.
“tumben lo ta, ngajak gue jalan jalan?” Tanya Feby dengan logat orang Jakarta. Maklum Feby ini berasal dari Jakarta dan baru pindah ke Malang waktu SMA.
“nggak ada Feb, cuman lagi suntuk aja di rumah” tukas Atala sambil memainkan handphone-nya.
“pasti ada apa-apa nih. Jujur aja ta lo mau ngomong apaan? atau lo mau bilang kalau lo sebenernya suka sama gue makanya lo ngajak gue jalan jalan ke sini. Iya kan?” celoteh Feby sambil tertawa cekikikan.
“apaan sih Feb, gila lo. Mana bisa gue suka sama kuntilanak kayak lo” jawabku sambil menjitak kepala Feby.
“ih kurang ajar benget sih lo ta sama sahabat sendiri. Gue kan cuma bercanda” gerutu Feby sambil berjalan cepat mendahuluiku.
“ciye Feby ciye. Gue juga bercanda kok Feb. Udah gede masih aja ngambekan lu Feb” gerutuku dari belakang.
“ayo ta, gue serius nih. Lo kenapa akhir akhir ini uring-uringan gak karuan gitu? ada masalah ya?” Tanya Feby menyelidik.
“lo peka banget sih Feb. heran gue” jawabku sambil menggelengkan kepala.
“gak usah basa-basi deh ta, ayo cepetan ngomong mumpung belum sampe rumah gue” jawab Feby kesal.
“rumah lo kan udah deket nih, jadi ceritanya besok aja ya Feb”
“ngomong sekarang kenapa sih?” gerutu Feby sambil menarik narik lengan jaketku.
“udah malem Feb, udah malem. Nggak enak bertamu di rumah cewek jam segini”
“halah alesan lu ta. Lagian Mama udah kenal sama lo. Bahkan udah bosen lihat tampang lo” jawab Feby dengan nada kesal namun sedikit tertawa.
“terserah lo deh Feb, gue mau pulang. Kasihan mbak Arin pasti lagi sendirian di rumah” jawabku sambil melepaskan tangan Feby yang sejak tadi menggandeng tangan Atala.
“loh, Mama Papa lo kemana?” Tanya Feby lagi
“lagi ke bandung, ngunjungin Nenek. Udah ya Feb gue pulang dulu, sekarang lo cepetan masuk terus tidur ya” jawabku dan pergi meninggalkan Feby.
Aku berjalan menyusuri perumahan yang mulai gelap karena sudah jam 10 malam waktu itu. Dari belakang terlihat siluet seseorang yang berjalan dengan tergopoh-gopoh. Tanpa pikir panjang aku pun berlari mengejar seseorang di depanku itu.
“hei, ada yang bisa aku bantu?” tanyaku seraya berjalan di sampingnya.
“oh, nggak usah” jawabnya sambil tersenyum padaku.
“loh kamu cewek yang di taman itu kan?” tanyaku sambil terus memandang wajahnya.
“oh, kamu yang tadi bantuin aku mungut kertasku yang jatuh itu kan?”
“oh iya sebagai tanda maafku. Aku bawain barang bawaanmu itu ya” tanpa berkata lagi aku langsung mengambil barang yang dia bawa.
“makasih, oh iya aku Karin” ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
“aku Atala” jawabku tanpa membalas uluran tangannya karena kedua tanganku yang membawa barang gadis itu.
“hey di sini rumahku. Kamu mau kemana?” ucapnya seraya menarik tanganku agar aku tak berjalan lebih jauh lagi.
“oh iya maaf, kelewat ya”
“makasih Atala” ucapnya sambil mengambil barangnya dari tanganku dan menyunggingkan senyum.
“iya. Aku pulang ya”
“iya hati-hati” jawabnya singkat. Aku pun pergi meninggalkan rumah bercat ungu itu.
Sementara itu Karin pergi ke kamarnya untuk meletakkan baju yang baru saja ia ambil dari laundry. Setelah itu Karin juga ke dapur untuk meletakkan makanan di kulkas.
“Karin, sama siapa tadi?” tanya Kakak perempuan Karin yang sedari tadi bediri di dapur.
“temen mbak” jawabnya singkat
“kok gak kamu suruh masuk?” tanya Kakak Karin sambil membantu Karin memasukkan makanan yang dibeli Karin.
“udah malem mbak, gak enak nerima tamu cowok jam segini”
“oh iya, kamu sudah makan rin?” tanya Kakak seraya mengeluarkan makanan dari tas kerjanya.
“udah mbak, mbak aja yang makan. Karin mau tidur” sahutnya sambil berjalan menuju kamarnya.
“oh iya Karin, kapan ospeknya dimulai?”
“besok lusa baru pra ospeknya mbak” jawab Karin setengah berteriak dari kamarnya.
Malam itu sebenarnya Karin tidak tidur melainkan membuka album foto yang ada di meja riasnya sambil mendengarkan lagu dan akhirnya Karin tertidur.
Deringan alarm berbunyi sangat keras sehingga membuat Atala terbangun dari mimpinya semalam. Dengan cepat Atala menyambar handuk yang menggantung dan pergi mandi.
“Atalaaaaa!!!” teriak Kakak Atala dari bawah.
“ata masih mandi mbak” teriak Atala dari kamar mandi.
Selang beberapa menit Atala turun dari kamarnya dengan pakaian rapi.
“selamat pagi mbak cantik” rayu ata pada Kakaknya.
“selamat pagi Adik dokter” sahut Arin sambil tertawa.
“masih calon mbak. Masak apa mbak?” tanya ata sambil menghampiri arin yang sedang sibuk menyiapkan makanan.
“nasi goreng ta”
“oh, ata berangkat dulu ya mbak” ucap ata sambil mencium tangan Arin.
“eh ngeluyur aja anak ini, sarapan dulu loh” belum sempat meneruskan kata katanya. Atala sudah ngeluyur ke luar ke garasi.
Atala mengemudikan nissan jukenya dengan cepat agar ia tidak diprotes oleh rekannya karena datang terlambat.
Hari itu Atala dan panitia yang lain rapat untuk memastikan kesiapan panitia pra ospek yang akan dilaksanakan besok pagi. Hari itu Atala harus bekerja extra untuk mempersiapkan segala sesuatunya dan tak terasa persiapan itu akhirnya selesai pada pukul 10 malam. Semua berkas-berkas dan keperluan maba telah siap. Atala pun harus segera pulang untuk istirahat karena jam 5 pagi dia sudah harus berada di kampus.
Karin sampai saat ini belum juga tidur karena harus mempersiapkan keperluannya untuk pra ospek besok pagi.
“Karin cepet tidur dek. Besok sudah pra ospek jangan sampe kecapean” teriak Kakak Karin dari luar kamar.
“iya mbak, bentar lagi Karin tidur” sahut Karin.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 11 malam dan itu tandanya Karin harus pergi tidur karena jam 7 pagi ia sudah harus berada di kampus untuk mengikuti pra ospek.
Pagi itu Atala telah bangun dan bersiap-siap untuk pergi ke kampus sebagai panitia penerimaan mahasiswa baru di kampusnya. Karena ia tahu bahwa Kakaknya belum bangun jadi ia putuskan masuk ke kamar Kakaknya untuk berpamitan.
“mbak rin aku berangkat ya” ucapnya seraya menepuk kaki Kakaknya.
“iya” jawab Arin singkat.
Sebelum ia berangkat ke kampus ia harus menjemput Feby terlebih dahulu.
“lama banget sih lo ta” ucap Feby kesal.
“gue masih luluran tadi Feb, kan mau ketemu sama cewek-cewek cantik” jawab Atala sekenanya.
“eh gue bilangin Diny lo berani macem-macem” tuduh Feby.
“bilangin aja Feb” jawabku santai.
Feby cemberut mendengar ucapanku saat itu. Suasana menjadi hening seketika dan mobil Atala telah berada di parkiran. Dengan segera Feby turun dari mobil Atala dan pergi begitu saja.
“kenapa tuh anak. Sensitif amat pagi-pagi gini” gerutu Atala dalam hati.
Aku pun pergi menyusul Feby yang sepertinya ngambek padanya.
“heh, kuntilanak. Kenapa lo ngambek pagi-pagi?” sapa ata dari belakang dan menjitak kepala Feby.
“gue laper ta, bukan ngambek” sahut Feby sambil tertawa.
Atala pun pergi meninggalkan Feby di belakang namun Feby telah berhasil menyusulnya dari belakang dan menggandeng tangan Atala. Feby seorang mahasiswi kedokteran yang cantik dengan rambut lurus yang selalu diikat dan berkulit putih. Feby mempunyai nilai plus-plus sebagai cewek namun ia perempuan yang cuek dan ia lebih memilih kemana-mana bersama Atala dibandingkan berkumpul bersama teman ceweknya yang lain. Pantas jika mereka dibilang pacaran karena kedekatan di antara keduanya.
Semua panitia berkumpul di lapangan termasuk Feby dan Atala. Saat itu ada seorang gadis yang menyapa Atala di lapangan, namun Atala tidak menjawab karena tidak terdengar oleh megaphone yang digenggam Feby dan saat itu Feby berdiri di samping Atala. Semua berjalan lancar pada hari ini dan pra ospek berakhir pada jam 5 sore. Aku sebagai panitia tidak bisa pulang terlebih dahulu karena harus membereskan kampus dan ada evaluasi dari ketua panitia. Aku pulang dari kampus pukul 9 malam, dan harus mengantarkan Feby pulang terlebih dahulu. Saat itu aku mengemudikan mobil dengan pelan dan melihat Karin berjalan di depan, aku pun menghentikan mobilku dan menghampirinya.
“mau kemana rin?” tanya Atala.
“mau nyari barang-barang yang harus dibawa besok buat ospek kak” jawab Karin pelan.
“kok kak? Loh kamu sudah kuliah ya, kuliah di mana?” tanyanya sedikit terkejut.
“di brawijaya, aku juniormu kak”
“fakultas apa?”
Karin belum menjawab kemudian Atala berucap kembali
“dijawab ntar deh di mobil, ayok masuk aku anterin kamu beli keperluannya”
Karin pun masuk ke mobil Atala.
“oh iya kamu fakultas apa rin?”
“ekonomi kak, Kakak fakultas apa?”
“aku kedokteran. Jangan panggil Kakak lah rin”
“Kakak kan seniorku. Oh iya aku tadi nyapa Kakak tapi Kakak cuek aja”
“kalau di kampus kamu boleh panggil aku kak, tapi kalau di luar jangan. Oh aku gak denger rin. Hehe maaf”
“oh iya tadi itu pacar ata ya?” belum sempat menjawab Karin telah berkata kembali.
“ta berhenti di sini ya. Aku belinya di toko itu”
“iya rin, aku tunggu di sini ya. Aku panitia kan gak enak kalau ketemu lagi bareng maba”
“iya deh kamu tunggu di sini ya”
Sepuluh menit kemudian Karin datang membawa barang yang cukup banyak. Entah apa saja yang dia bawa.
“ata, aku boleh minta nomer kamu gak?” tanya Karin terbata-bata.
“buat apa rin?” jawab ata sambil tertawa.
“yaaaa buat…” Karin terdiam sejenak lalu berkata kembali.
“gak usah deh ta” lanjut Karin dengan wajah kecewa.
“tulis nomer kamu” ucap ata sambil mengulurkan handphone- nya. Namun Karin masih diam dan belum mengambil handphone ata.
“ini rin tulis, sebelum aku berubah pikiran. Nggak lucu kan kalau cewek dulu yang minta nomer hape cowok” celoteh ata sambil tertawa kecil.
Karin mengambil handphone ata dengan wajah yang merah merona karena merasa malu. Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di depan rumah Karin.
“ta ayo masuk dulu” ajak Karin.
“nggak usah rin, udah malem. Aku pulang aja”
“hati-hati ta, makasih ya udah dianterin”
“iya sama-sama”
Atala pun pergi meninggalkan Karin yang masih berdiri di depan rumahnya yang terlihat dari spion mobilnya. Sesampainya di rumah ata langsung pergi tidur karena kecapean.
Karin masuk ke rumahnya dan menemui Kakaknya sudah tidur di kamarnya jadi Karin memutuskan untuk tidur. Namun sedari tadi Karin tidak tidur melainkan menatap layar handphone-nya.
“ata mana ya, kok gak sms sampe sekarang. Tahu gitu kan mending aku aja yang nyimpen nomernya” gerutunya dalam hati. Karin merasa heran dengan dirinya sendiri mengapa ia harus menunggu sms darinya. Karin pun tersenyum menyadari tingkah anehnya dan pergi tidur. Jam 4 pagi ia terbangun mendengar handphone-nya berbunyi tanda sms masuk dan dengan lesu Karin membuka pesannya.
“selamat pagi” begitu membaca sms itu Karin merasa heran dan membalasnya dengan cepat.
“pagi. siapa?”
“ata” saat membaca sms itu jantung Karin berdegup kencang seolah ingin ke luar dari posisinya saat ini. Karin kehabisan kata-kata untuk membalas sms ata sehingga Karin hanya menyimpan nomornya tanpa membalas sms ata meskipun ia ingin.
Hari pun berlalu tanpa ada banyak pertemuan antara Karin dan Atala. Tapi setidaknya Ospek Karin berjalan dengan lancar dan tibalah penutupan ospek di kampus yang akan dilaksanakan pukul 7 malam nanti. Seperti biasa, panitia telah sampai lokasi dari pukul 5 sore untuk menyiapkan semuanya. Dan tibalah waktunya penutupan ospek. Acara ini dimulai dari sambutan ketua panitia dan lain-lain. Namun hari itu terasa sangat mengejutkan bagi Karin karena ia terpilih sebagai mahasiswi teramah dan foto terbaik selama ospek diadakan. Saat itu Karin bersama teman-temannya duduk di kantin kampus dan tiba-tiba Atala menghampiri Karin.
“selamat ya” ucap Atala mengulurkan tangannya.
“makasih kak” jawabnya membalas uluran tangan Atala. Atala hanya tersenyum dan pergi meninggalkan Karin.
Beberapa menit kemudian handphone Karin berbunyi tanda sms masuk.
“rin pulang sama siapa?”
“sendiri kak. Kenapa kak?”
“nanti pulangnya bareng ya. Tunggu aku di kantin, aku masih rapat”
“iya kak”
Setelah 30 menit berlalu, ata baru ke luar dari ruang panitia dan langsung menghampiri Karin. Kali ini ata tidak sendiri namun bersama perempuan cantik yang menggandeng tangannya.
“maaf ya rin, lama. Ayo”
Tanpa menawab apapun Karin hanya mengikuti langkah Atala dan perempuan itu.
Di dalam mobil mereka hanya diam tanpa ada satu patah kata pun yang ke luar dari bibir mereka seolah tak ada satu pun di antara mereka yang ingin angkat bicara. Ata berhenti di salah satu rumah dan Feby ke luar dari mobilnya.
“makasih ta, gue masuk dulu ya” lambai Feby. Ata pun hanya tersenyum.
Sampai depan rumah Karin pun ata tak berbicara apa apa sehingga membuat Karin gelisah.
“makasih ta, selamat malam”
“malam” jawab ata seraya tersenyum.
Ata pun pulang dan pergi mandi, setelah ia kembali ke kamarnya ternyata ada sms masuk.
“ata kenapa dari tadi diem terus di mobil? aku ganggu kalian ya? maaf”
“ganggu? kalian siapa?”
“itu ata sama pacarnya”
“emang kita terlihat kayak orang pacaran ya?”
“iya”
“Feby itu sahabatku dari SMA”
“berarti kalian gak pacaran dong?”
“nggaklah rin”
“terus pacar ata siapa?”
“kepo amat sih ni junior”
“ya udah kalau gak mau ngasih tahu juga gak apa-apa”
“ya sudah”
“iyadeh, aku tidur dulu ya ta”
“ok, good night”
“night”
Karin hampir tak bisa tidur memikirkan isi sms dari ata.
“kalau bukan Feby, terus siapa ya?” tanya Karin dalam hatinya.
Keesokan harinya di kampus, Karin bertemu ata namun kali ini Karin tidak menyapanya. Setelah jam kuliah selesai Karin harus ke lapangan rektorat universitasnya untuk menemui temannya yang ada di sana. Namun saat Karin melewati daerah fakultas kedokteran ia melihat seseorang duduk di depan gedung itu. Namun ia tetap berjalan melewatinya, namun tiba-tiba seseorang berteriak.
“bilang permisi kek dek”
Sontak Karin menoleh ke arah datangnya suara itu. “ata” serunya dalam hati. Kemudian Karin hanya menundukkan kepala dan pergi meninggalkannya. Sepanjang jalan Karin mengomel dalam hati karena ata yang bersikap seperti itu sejak semalam.
“dasar cowok nyebelin .. rrr” omelnya.
Tiba-tiba ada mobil yang berhenti di sampingnya dan memanggilnya.
“rin ayo pulang bareng” ajak ata dari dalam mobilnya.
“nggak deh, aku pulang sendiri aja kak” jawabnya sambil tersenyum karena melihat Feby dalam mobilnya. Ia tak ingin Feby beranggapan Karin junior yang tidak sopan.
“ayok naik rin, daripada kamu jalan kaki” ajak ata kembali.
“nggak kak, aku sendiri aja. Duluan ya kak Feb” jawabnya seraya tersenyum pada Feby yang di dalam mobil.
“dia kenapa ta? Ngambek ya?” tanya Feby.
“hah? iya kali ya” jawab ata dengan nada khawatir.
“ciyee ata lo suka ya sama dia? Udah sana kejar aja, gue yang bawa mobil lo deh”
Tanpa pikir panjang Atala ke luar dari mobil dan mengejar Karin yang tidak terlalu jauh darinya.
“heh” sapa ata.
“ngapain masih ngejar?” jawab Karin ketus.
“idih, pede banget ya kamu. Siapa juga yang ngejar kamu?”
Karin terlihat kesal medengar jawaban ata, ia berjalan cepat mendahului ata. Ata hanya tertawa di belakang.
“iya deh iya aku ngaku. Aku emang ngejar kamu” jawab ata.
Karin menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang dengan wajah cemberut. Ata berlari menghampirinya dan mengulurkan tangannya.
“maaf, aku nyebelin ya rin?” ucap ata tersenyum.
Karin hanya tersenyum dan pergi meninggalkan ata. Ata menyusul Karin dan menggandeng tangan Karin dari belakang. Karin hanya menoleh ke arah ata dengan mata menyipit, sedangkan ata tidak menjawab dan hanya mengangkat bahunya.
“rin, ikut aku yuk?”
“kemana ta?”
“ke rumahku”
“ah, nggak deh ta. Aku malu”
“di rumah cuman ada mbakku, tapi tenang aja dia orangnya ramah kok”
“terus aku ngapain di sana?”
“terserah kamu rin, kamu mau renang kek mau tidur ya terserah kamu rin”
“emang aku cewek apaan”
Tanpa sadar sedari tadi ia berjalan tetap bergandengan tangan sampai depan rumah ata.
“assalamualaikum” teriak ata.
“waalaikumsalam” jawab Arin dari dapur.
Ata mengajak Karin ke dapurnya untuk memperkenalkan Karin.
“mbak kenalin ini temen aku”
“Karin mbak” ucap Karin sambil mengulurkan tangan.
“Arin, nama kita mirip ya” jawab Arin seraya tertawa kecil.
“iya mbak. Hehe masak apa mbak?”
“lagi goreng rolade dek, mau bantuin?”
“boleh mbak” jawab Karin sambil tertawa kecil.
“oh iya ta tadi Feby nganterin mobil nih kuncinya”
“oh iya deh. heh, ya udah deh aku mandi dulu. Kalian lanjutin aja masaknya ntar aku mau yang mau makan” celetuk ata sambil tertawa.
Karin dan Arin terlihat sangat akrab meskipun baru mengenal. Setelah selesai menyiapkan makanan mereka makan bersama. Setelah itu Karin membantu Arin membereskan dapur.
“dek, aku bentar lagi mau pergi dulu ya. Kamu jangan pulang lo”
“loh pergi ke mana mbak? insya Allah ya mbak”
“mbak ada urusan bentar, mau ketemu dosen dek”
“oh iya deh mbak, ata di mana ya mbak?”
“di halaman belakang dek, oh iya ini bawain ke ata ya”
Jawab Arin sambil memberikan sepiring kentang goreng pada Karin.
“iya mbak, hati-hati ya”
“iya dek” jawabnya sambil tersenyum.
Karin pun pergi ke halaman belakang menyusul ata dan duduk di samping ata di pinggir kolam ikan.
“rin, aku mau tanya sesuatu sama kamu?”
“iya apa?”
“kamu udah punya pacar belum?”
“belum, kamu?”
“punya dong”
“siapa?”
“kamu” jawab ata sambil tersenyum
“emang kapan nembaknya?”
“sekarang” jawabnya, Atala terdiam sejenak kemudian berkata kembali.
“would you be mine?”
Suasana hening sementara, kemudian Karin berkata pelan.
“i’m yours”
Atala dan Karin berpacaran saat ini, Atala telah menemukan pengganti Diny.
Cerpen Karangan: Dewi Wulandari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar