Liputan6.com, Jakarta Kesehatan gigi, refluks gastroesofagus, dan
kanker esofagus (kerongkongan) sering dipersepsikan secara salah oleh
masyarakat sebagai dampak buruk dari mengonsumsi minuman berkarbonasi
(bersoda). Dari studi literatur yang dilakukan oleh Southest Asian Food
and Agricultural Science & Techonology (SEAFAST) Centre terungkap
bahwa pendapat itu keliru dan terjadi miss informasi sehingga muncul ketakutan yang kurang ilmiah.
1. Karbonasi dan kesehatan mulut
Hasil
riset SEAFAST mengungkapkan, karbonasi tidak dapat dijadikan penyebab
utama terjadinya kerusakan gigi. Studi klinis menunjukan, rusaknya
enamel gigi lebih disebabkan karena faktor lain dan memudahkan keasaman
air liur meningkat dengan cepat, seperti penderita karies atau gigi
berlubang.
"pH air liur menurun setelah mengonsumsi minuman
berkarbonasi pada pasien yang memiliki karies. Efek serupa berlaku untuk
berbagai makanan dan minuman dengan pH rendah," kata Puspo Edi Giriwono
dari SEAFAST Center IPB dalam diskusi media 'Kupas Fakta Tentang
Karbonasi Dalam Minuman Bersama Asrim' di Kembang Goela, Jakarta, Rabu
(2/4/2014)
Untuk mengurangi erosi enamel, Puspo Edi menyarankan
untuk melakukan beberapa hal seperti konsumsi minuman/makanan pH rendah
saat makan besar demi mengurangi keasaman, bilas rongga mulut dengan air
putih setelah mengonsumsi makanan asam tinggi, gunakan pasta gigi
mengandung flouride, dan menggosok gigi 30-1 jam setelah mengonsumsi
pangan pH rendah.
2. Kanker kerongkongan
Temuan
terakhir dari hasil penelusuran literatur memusatkan perhatian pada
dampak lebih lanjut dari penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux
Disease), yaitu meningkatnya risiko kanker kerongkongan.
Pakar
Gastroenterologi dari Universitas Indonesia, Dr. dr. Ari Fahrial Syam,
SpPD-KGEHm, MMB, menegaskan bahwa tidak ada keterkaitan konsumsi minuman
berkarbonasi dengan kanker ini. Faktor dominan lainnya yang berisiko
yaitu merokok, obesitas, dan konsumsi alkohol.
"Kanker
kerongkongan baru akan terjadi setelah melewati proses panjang selama
bertahun-tahun. Tapi, harus diingat juga. Mengonsumsi sesuatu yang
berlebihan tidak baik untuk kesehatan," kata Dr. Ari menjelaskan.
3. Kesehatan lambung
Penelusuran
berbagai artikel ilmia tentang dampak karbonasi terhadap kesehatan
saluran pencernaan, tidak ditemukan adanya korelasi antara karbonasi
dalam minuman dengan kesehatan saluran pencernaan.
Dr. Ari
Fahrial Syam mengatakan, faktor yang menyebabkan penyakit pada saluran
cerna sangat kompleks sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa minuman
ringan berkarbonasi menyebabkan terjadinya penyakit tersebut.
"Penelitian
secara klinis juga memperlihatkan bahwa konsumsi minuman berkarbonasi
oleh seseorang dalam kondisi sehat dalam jumlah wajar tidak akan
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan lambung," kata dia menekankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar